Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
3 Jenis Keringat Buntet dan Penyebab Yang Perlu Moms Ketahui
3 Jenis Keringat Buntet dan Penyebab Yang Perlu Moms Ketahui
Moms pasti sering mendengar istilah “keringat buntet”. Istilah ini memang sering terucap ketika kita melihat bagian tubuh anak-anak yang mengalami bintik-bintik kecil kemerahan. Biasanya keringat muncul di bagian dahi, punggung, atau dada. Kenapa biang keringat bisa timbul? Simak penjelasan berikut ini, Moms!
Keringat buntet disebut juga biang keringat. Sebutan lainnya adalah heat rash, prickly heat, atau miliaria (ruam panas). Keringat buntet merupakan salah satu permasalahan kulit yang sering dialami bayi dan juga anak-anak balita. Meski begitu, kondisi ini adalah hal yang umum, tidak berbahaya, dan tidak menular.
Penyebab Keringat Buntet
Biang keringat sering terjadi ketika lingkungan sekitar berada pada kondisi suhu yang panas dan lembap. Tidak heran, keringat pada bayi dan balita di Indonesia menjadi kondisi yang umum terjadi karena tinggal di wilayah tropis. Ditambah pula jika lingkungan sekitar tidak ada sirkulasi udara.
Bisa juga karena pakaian Si Kecil terlalu ketat, tidur dengan selimut yang tebal, atau ia mengalami demam sehingga menyebabkan produksi keringat lebih banyak. Nah, ketika Si Kecil terlalu banyak memproduksi keringat, namun keringat tidak dapat dikeluarkan dengan baik, timbullah keringat buntet, Moms.
Biang keringat ini disebabkan saluran kelenjar keringat di kulit tersumbat karena sel-sel kulit yang mati atau bakteri. Keringat pun tidak dapat dikeluarkan sehingga membuat kulit iritasi dan kemerahan. Apalagi kelenjar keringat dan pori-pori kulit bayi belum berkembang dengan sempurna sehingga proses penyerapan dan pengeluaran keringat belum optimal. Hal ini membuat keringat terperangkap di bawah kulit. Selain itu, bayi juga belum dapat mengontrol suhu tubuhnya dengan baik seperti orang dewasa atau anak-anak yang usianya sudah besar. Itulah mengapa, keringat buntet sering ditemukan pada bayi, Moms.
Gejala Keringat Buntet
Saat biang keringat terjadi, area kulit akan muncul ruam, bintik-bintik kecil kemerahan atau biasa disebut lenting yang berisi air. Area kulit tersebut akan terasa seperti perih, menusuk, dan menyengat karena kepanasan dan sangat gatal. Kondisi iritasi seperti ini membuat Si Kecil sangat tidak nyaman dan rewel. Si Kecil juga bisa mengalami kesulitan tidur dari biasanya karena rasa ketidaknyamanan tersebut.
Bagian tubuh yang biasa terkena keringat buntet biasanya di bagian tubuh yang tertutup pakaian. Antara lain adalah bagian punggung, perut, leher, dada bagian atas, selangkangan, dan ketiak. Pada bayi, biang keringat sering terjadi di bagian wajah dan lipatan tubuhnya seperti lipatan leher, lengan, ketiak, siku, dan selangkangan. Biasanya kondisi ini dapat membaik beberapa hari setelah kulit Si Kecil mendingin.
Tipe Keringat Buntet
Biang keringat ada yang ringan, bahkan ada yang parah. Nah, berikut ini terdapat tiga tipe keringat buntet. Tipe miliaria kristalina dan miliaria rubra adalah jenis yang paling umum dialami bayi.
1. Miliaria kristalina
Merupakan tipe yang paling ringan dan umum terjadi. Keringat buntet yang terjadi di permukaan kulit paling atas ini paling sering dialami oleh bayi yang baru lahir.
Gejalanya tampak ada bintil-bintil kecil bening atau putih yang berisi cairan di permukaan kulit seperti butiran-butiran keringat. Nah, bintil-bintil kecil yang mudah pecah ini biasanya menyebar di area kepala, leher, dan dada bagian atas. Meski begitu, jenis ini tidak menimbulkan peradangan, rasa gatal, atau rasa sakit.
2. Miliaria rubra
Jenis yang satu ini dialami oleh bayi yang berusia 1—3 minggu. Biasanya terjadi ketika udara lingkungan sekitar yang panas dan lembap.
Biang keringat ini terjadi karena kelenjar keringat tersumbat di lapisan kulit bagian dalam epidermis dan dermis atas. Hal ini memicu reaksi peradangan sehingga timbul ruam dan bintil-bintil kemerahan yang dikenal dengan rubra. Keringat ini menyebabkan rasa gatal, nyeri, dan menyengat yang membuat Si Kecil menggaruk-garuk area kulit yang terkena miliaria rubra itu.
Jika miliaria rubra ini semakin meradang, lalu timbul bintil-bintil merah yang berisi nanah (pustule), kemudian berubah warnanya menjadi putih atau kuning. Ini tandanya sudah mengalami infeksi, Moms. Jenis ini disebut dengan miliaria pustulosa, yang merupakan lanjutan dari miliaria rubra.
3. Miliaria profunda
adalah jenis yang sangat jarang terjadi pada bayi dan balita. Jenis ini paling sering dialami oleh individu yang sudah mengalami miliaria rubra beberapa kali. Bisa juga karena ia sering terpapar iklim yang hangat atau tropis.
Keringat buntet ini terjadi di dermis, lapisan kulit yang paling dalam. Penampakan gejala miliaria profunda ketika di bagian dada ada bintil merah yang lebih besar dengan diameter 1—3 mm dan keras, serta berwarna merah seperti daging. Tipe ini dapat menyebabkan mual dan pusing.
Perawatan untuk Mengatasi Keringat Buntet
Biasanya, keringat buntet dapat menghilang dengan sendirinya tanpa perawatan apa pun. Meski begitu, Moms dapat melakukan beberapa hal di rumah untuk meredakan peradangan yang terjadi pada kulit Si Kecil berikut ini:
- Pindahkan bayi ke tempat yang lebih sejuk dan teduh ketika gejala-gejala sudah mulai tampak. Hindari tempat-tempat yang suhunya panas dan lembap.
- Menjaga agar kulit bayi yang tetap sejuk/dingin dan kering. Caranya dengan mendinginkan tubuh di dalam ruangan yang ber-AC atau kipas angin.
- Untuk menenangkan kulit yang iritasi, bisa juga mengompres area dengan kain yang lembap atau air dingin. Atau, berendam dan mandi air dingin agar tubuhnya tetap terasa sejuk.
- Bilas minyak dan keringat di tubuhnya, terutama di bagian-bagian lipatan tubuh, dengan air dingin dan sabun yang lembut. Keringkan dengan menepuk-nepuk secara perlahan dan lembut di area keringat si Kecil.
- Menggunakan pakaian yang longgar dan bahan pakaian yang ringan agar pakaian tidak menggesek kulit bayi dan sirkulasi udara lebih lancar.
- Biarkan kulit tubuhnya terpapar dan tersikulasi udara yang sejuk dengan melepaskan pakaiannya untuk sementara.
- Pastikan bayi mendapatkan ASI yang cukup agar terhidrasi dengan baik. ASI juga baik untuk meredakan peradangan atau berfungsi sebagai antiinflamasi sehingga dapat mempercepat kesembuhannya.
- Hindari penggunaan minyak seperti telon, losion penghilang gatal, dan bedak pada bayi, kecuali jika direkomendasikan oleh dokter. Sebab, keringat buntet bukanlah reaksi alergi dan kulit yang mengering. Justru penggunaan jenis produk ini dapat menghambat pori-pori kulit sehingga memicu iritasi dan biang keringat.
Baca Juga: Cara Mengatasi Biang Keringat pada Bayi
Kapan Harus Kunjungi Dokter?
Moms, perlu mewaspadai keringat buntet yang dialami Si Kecil. Apabila gejalanya tidak kunjung membaik selama beberapa hari dan malah semakin parah, sebaiknya kunjungi dokter.
Perhatikan, apakah ada bintil-bintil merah yang bernanah dan membengkak atau tidak. Hal ini bisa jadi gejala yang ditimbulkan akibat infeksi jamur atau bakteri ketika bayi Anda terlalu sering menggaruknya. Apalagi jika disertai dengan tubuh bayi yang demam dan menggigil. Segeralah ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
Untuk pengobatan, dokter biasanya akan merekomendasikan penggunaan losion calamine, krim hidrokortison, dan minum tablet antihistamin untuk meredakan peradangan dan rasa gatal. Bayi juga diberikan lanolin anhidrat agar penyumbatan kelenjar keringat dapat dicegah. Dosis penggunaan tentunya disesuaikan dengan kondisi si bayi.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Apa Itu pH (Power of Hydrogen)? Pentingnya pH Pada Kulit?
Apa Itu pH (Power of Hydrogen)? Pentingnya pH Pada Kulit?
Kulit tubuh memiliki kadar pH. Keseimbangan kadar pH kulit tubuh sangatlah penting untuk dijaga. Namun, mengapa kadar pH kulit perlu seimbang? Yuk, kenali lebih jauh tentang pH, keterkaitan antara pH dengan kulit, dan cara menjaganya, berikut ini!
Kulit merupakan perlindungan tubuh paling terluar. Peran kulit sangat penting untuk melindungi tubuh dari berbagai paparan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Nah, agar kulit selalu sehat, menjaga keseimbangan pH kulit sangatlah penting.
Apa Itu pH?
Dalam bidang kimia, pH merupakan singkatan dari potential of hydrogen atau power of hydrogen. Istilah ini digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan (alkalinitas) dari larutan.
Istilah pH ini menerjemahkan nilai konsentrasi ion hidrogen ke dalam bentuk urutan angka 0 sampai 14. Larutan yang mengandung pH lebih rendah atau nilainya kurang dari angka 7 cenderung bersifat asam. Lalu, apabila larutan yang memiliki pH lebih tinggi atau nilainya lebih dari angka 7 cenderung sifatnya alkali atau basa. Sementara angka 7 dikategorikan sebagai netral.
Pertama kalinya, konsep pH ini diperkenalkan oleh seorang ahli biokimia asal Denmark bernama Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Dalam beberapa bidang keilmuan, terutama yang berkaitan pada kehidupan atau industri bidang kimia, pengukuran nilai pH sangat penting. Bidang keilmuan tersebut adalah bidang biologi, kemudian kimia, bidang kedokteran, pada dunia pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), hingga bidang oseanografi. Meski begitu, bidang lingkup science atau teknologi lainnya juga menggunakan pengukuran nilai pH. Namun, frekuensi penggunaannya lebih rendah.
Pengaruh pH pada Kulit
Lantas, apa keterkaitannya antara pH dengan kulit? Tahukah Anda, kadar pH atau tingkat keasaman pada kulit sangat penting untuk menunjukkan kesehatan kulit. Kadar pH pada kulit sangat berperan dalam menjaga kondisi kulit.
Nilai keasaman kulit bervariasi, angkanya dimulai dari 1—14. Jika nilai pH berada pada angka 1—6, hal ini menunjukkan bahwa pH tergolong asam. Sementara pH netral berada pada angka 7. Lalu, angka 8—14 menunjukkan nilai pH tergolong basa. Idealnya, kadar pH kulit ada di angka 5.5 agar kulit dapat bekerja dengan optimal. Dengan begitu, kulit mampu mempertahankan fungsinya sebagai penghalang atau pelindung kulit.
Kunci pH dalam menjaga kondisi kulit ini berkaitan dengan acid mantle. Acid mantle merupakan lapisan pada permukaan kulit yang tipis, sangat halus, dan sedikit asam. Acid mantle terbentuk dari asam amino dan asam lemak yang terdapat di dalam keringat, serta sebum atau minyak yang keluar dari kulit. Lapisan ini memiliki fungsi untuk membantu mempertahankan kadar keasaman kulit dan sebagai skin barrier atau penghalang kulit. Ketika kulit mengeluarkan sebum dan melepaskan asam lemak, acid mantle bertanggung jawab agar kesehatan dan kelembapan kulit tetap terjaga.
Caranya dengan melawan mikroba berbahaya, seperti bakteri, virus, dan berbagai hal yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti alergen, perubahan suhu, bahan kimia yang keras, dan polusi. Acid mantle juga dapat membantu merusak radikal bebas yang dapat meningkatkan proses penuaan. Agar keseimbangan pH tetap terjaga, idealnya acid mantle berada pada kadar pH 4.5—5.5.
Kadar pH Kulit Bayi dan Orang Dewasa Berbeda
Kadar pH kulit bayi dan orang dewasa ternyata berbeda. Saat bayi dilahirkan, bayi memiliki permukaan kulit yang alkali dengan pH lebih dari 6. Kemudian selama beberapa minggu dalam kehidupan bayi yang baru lahir, kulitnya cenderung memiliki pH yang asam di antara 5 dan 5.5. Kadar pH pada kulit bayi yang asam ini membantu mencegah berbagai penyakit serta mampu melawan penyebaran bakteri dan jamur.
Namun, acid mantle pada kulit bayi masih lemah dan belum terbentuk sempurna. Hal ini membuat kulit Si Kecil menjadi sensitif dan rentan terhadap benda-benda asing. Seiring dengan perkembangan usia dan hormon, pH pada kulit akan mengalami perubahan ketika Si Kecil mulai beranjak besar. Ketika usia dewasa, pH akan cenderung netral dengan berada di angka 7.
Kadar pH Bervariasi
Masing-masing area kulit di tubuh memiliki kadar pH yang bervariasi. Area permukaan kulit yang jarang terekspos seperti kulit bokong, ketiak, dan area kemaluan cenderung mempertahankan kadar pH atau tingkat keasaman yang alami.
Berbeda area permukaan kulit tubuh yang sering terekspos, seperti kulit wajah, dada, dan tangan, yang cenderung bersifat alkali/basa. Itu karena area permukaan kulit tersebut lebih banyak terpapar zat-zat dari lingkungan sekitar.
Faktor yang Mempengaruhi pH Kulit
Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pH kulit. Antara lain ada yang dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh atau lingkungan sekitar.
- Faktor usia
- Keringat
- Perubahan musim dengan suhu dan kelembapan yang berbeda
- Debu dan polusi
- Pola makan yang tidak tepat, seperti terlalu banyak kafein, gula, ragi, dan makanan junk food
- Terlalu banyak terpapar sinar matahari
- Produk kosmetik
- Produk antibakteri
- Deterjen
- Bahan-bahan kimia
- Kebiasaan perawatan kulit yang salah, seperti terlalu sering mencuci permukaan kulit, menggunakan pembersih kulit yang mengandung bahan keras, dan menggunakan sabun yang mengandung alkali tinggi
Kenapa Perlu Menjaga Keseimbangan pH Kulit?
Anjuran untuk menjaga keseimbangan pH ini seringkali terdengar. Mengapa hal ini penting sekali? Perlu diketahui bahwa ketika kadar pH pada kulit terjaga keseimbangannya, kelembapan dan kesehatan kulit pun akan tetap terjaga. Acid mantle sebagai lapisan pelindung kulit juga akan bekerja dengan optimal. Dengan begitu, kulit akan selalu sehat, segar, dan bercahaya.
Keseimbangan pH kulit terganggu apabila kadar pH terlalu asam atau terlalu alkali/basa. Bakteri baik di kulit yang melindungi kulit pun mengalami gangguan ketika pH pada kulit tidak seimbang. Ciri-ciri ketika keseimbangannya terganggu adalah produksi minyak di kulit berlebihan, memerah, ruam, kering, gatal, mengelupas. Muncul pula gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, jerawat, dan tanda penuaan dini.
Baca Juga: Eksim Kering: Gejala, Jenis, dan Cara Mengobati
Ketika kadar pH kulit terlalu basa, keseimbangannya menjadi terganggu. Acid mantle yang menjadi pelindung kulit pun tak mampu melawan mikroba sehingga mikroba tersebut dapat masuk ke dalam kulit dan menyebabkan infeksi pada kulit. Kulit juga kehilangan air dan kelembapannya sehingga kulit menjadi sensitif, kering, dan mengelupas. Kulit pun akan menunjukkan penuaan dini seperti keriput dan kerutan di sekitar mata. Kondisi kulit seperti eksim, dermatitis, kontak iritan, juga dapat timbul.
Baca Juga: 5 Cara Melembabkan Kulit Wajah Kering
Sementara itu ketika pH kulit terlalu asam, kulit akan mengalami peradangan sehingga menyebabkan kulit jadi meradang, memerah, iritasi, gatal, dan terasa sakit saat disentuh. Hal ini akan memunculkan kondisi kulit seperti jerawat dan rosacea.
Keseimbangan pH Kulit Tetap Terjaga
Lantas, bagaimana mengembalikan keseimbangan pH kulit yang terganggu? Anda dapat melakukan beberapa hal berikut agar keseimbangannya terjaga. Menjaga keseimbangan pH dapat meminimalisir timbulnya gangguan pada kulit, seperti eksim, psoriasis, jerawat, kulit yang terlalu kering atau produksi minyak yang berlebihan.
- Ketahui kondisi kulit sendiri. Sebelum mengaplikasikan produk perawatan kulit, perhatikan kembali kondisi kulit, apakah terlalu kering atau berminyak.
- Perbaiki pola makan dengan menerapkan pola makan yang sehat. Konsumsi sayur-sayuran hijau (seperti bayam dan kale), buah-buahan (seperti jeruk dan anggur) tomat, wortel, bawang putih, kacang kedelai, dan cuka sari apel.
- Gunakan produk pembersih yang lembut dan memiliki kadar pH yang seimbang. Artinya, produk tersebut memiliki kadar pH antara 4.5 hingga 6.
- Jaga kelembapan kulit dengan menggunakan produk pelembab kulit dengan pH seimbang. Anda bisa memilih pelembab kulit dalam bentuk minyak, losion, gel, atau krim, yang sesuai dengan usia dan tipe kulit.
- Pilih produk perawatan kulit yang lembut dengan bahan alami dan organik yang kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan.
- Gunakan air hangat suam-suam kuku untuk mencuci wajah atau kulit.
- Hindari produk pembersih dan sabun yang mengandung alkali tinggi.
- Hindari bahan-bahan kimia dan racun yang dapat merusak kulit, sepertin deterjen, makeup, cairan pembersih, dan lainnya.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Tanda – Tanda Iritasi Kulit dan Penyebab
Tanda – Tanda Iritasi Kulit dan Penyebab
Iritasi merupakan permasalahan kulit yang bisa muncul tanpa disadari. Biasanya iritasi kulit ditandai dengan adanya ruam kemerahan dan gatal-gatal pada kulit. Apa yang menjadi penyebabnya dan bagaimana mengatasinya? Berikut penjelasan selengkapnya!
Gangguan pada kulit seperti iritasi bisa terjadi karena ada kaitannya dengan sistem kekebalan tubuh seseorang. Iritasi kulit muncul ketika sistem imun merespon sesuatu benda asing yang menjadi pemicunya. Apalagi kulit merupakan permukaan terluar yang sensitif dan mudah terpapar dengan berbagai benda asing.
Selain itu, iritasi pada kulit juga bisa disebabkan penghalang permukaan kulit yang melemah dan terganggu sehingga membuat kulit rentan terhadap iritasi. Berbeda ketika penghalang kulit dalam kondisi sehat. Karena, penghalang kulit tersebut akan bekerja lebih efisien untuk mempertahankan kelembapan esensial dan membantu melindungi kulit.
Kenali Tanda-Tanda Iritasi Kulit
Tanda-tanda iritasi pada kulit adalah kulit ruam kemerahan yang bervariasi, tergantung penyebab iritasinya. Gejala ruam kemerahan juga diikuti dengan rasa gatal gatal, sensasi terbakar, ada rasa hangat/panas di area kulit yang iritasi, nyeri, bintik-bintik seperti jerawat kecil, pecah-pecah, bersisik, kulit menebal di area kulit yang terkena iritasi, hingga kulit bisa berdarah.
Siapa saja dapat terkena iritasi, mulai dari bayi yang baru lahir hingga orang dewasa. Bagian tubuh yang terkena iritasi pun bisa di mana saja, mulai dari tangan, kaki, leher, dan sebagainya. Iritasi dalam tingkat yang ringan memang tidak membahayakan dan dapat hilang dengan sendirinya. Ada pula iritasi dalam tingkat yang parah sehingga dapat membuat rasa ketidaknyamanan dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Hal itu tandanya kulit sudah butuh pertolongan. Harus cepat-cepat diatasi nih!
Penyebab Iritasi Kulit
Pemicu yang dapat menyebabkan iritasi disebut dengan iritan. Nah, berikut beberapa penyebab iritasi kulit yang umum terjadi.
- Gangguan sistem imun tubuh. Sistem imun tubuh yang terkadang tidak bekerja dengan baik sehingga dapat mengarahkan respon imun ke jaringan normal dan sehat. Salah satu pemicunya adalah ketika konsumsi makanan yang mengandung gluten.
- Reaksi alergi. Hal ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh mendeteksi adanya sesuatu yang asing, kemudian ada reaksi yang berlebihan sehingga muncullah reaksi alergi. Produk perawatan kulit, seperti losion, apalagi yang beraroma, parfum, pakaian, sabun deterjen cucian, pewangi pakaian, adalah penyebab umum terjadinya reaksi alergi. Iritan lainnya yang juga dapat menimbulkan iritasi adalah poison ivy.
- Kulit kering. Cuaca dengan kelembapan yang rendah membuat hawa di sekitar menjadi panas. Hawa panas ini dapat menyebabkan kulit menjadi kering sehingga menimbulkan iritasi.
- Ruam atau kondisi medis tertentu yang terjadi pada kulit. Contohnya, eksim, kudis, cacar air. Kondisi gangguan kulit ini akan menyebabkan kulit menjadi gatal dan kemerahan.
- Penyakit tertentu. Penyakit ginjal dan hati, masalah gangguan pada tiroid, atau kekurangan zat besi dapat menimbulkan gatal-gatal di sekujur tubuh.
- Adanya gangguan pada saraf.
- Infeksi disebabkan bakteri, jamur, dan virus juga dapat membuat iritasi, seperti yang terjadi pada penyakit eksim.
- Obat-obatan tertentu. Pengobatan antibiotik dan antijamur terkadang dapat menyebabkan terjadi reaksi pada kulit.
Baca Juga: Dermatitis Kontak? Perbedaan Dermatitis Kontak Alergi dan Iritan
Perawatan Alami untuk Iritasi Kulit
Pada umumnya, iritasi yang ringan dapat diatasi sendiri dengan melakukan perawatan secara alami. Ada beberapa cara alami yang bisa dilakukan untuk meredakan iritasi pada kulit. Berikut ini beberapa di antaranya yang bisa dicoba di rumah.
- Kompres air dingin. Area yang terkena iritasi dapat diredakan dengan mengompres air dingin. Kain atau handuk bersih yang sudah dibasahi dengan air dingin, lalu kompres ke area kulit yang mengalami iritasi tersebut. Bisa juga mengompres area kulit tersebut dengan ice pack atau es batu yang sudah dilapisi dengan kain. Ketika mandi, dapat menggunakan sabun hypoallergenic yang dapat meredakan gejala-gejala.
- Masker Oatmeal. Di dalam oatmeal terkandung bahan-bahan yang istimewa bernama avenanthramides. Bahan ini merupakan zat antioksidan dan zat antiradang dapat menghalangi kulit melepaskan senyawa peradangan sehingga dapat mengurangi rasa gatal atau sensasi terbakar. Selain itu, oatmeal juga mengandung humektan yang dapat melembapkan kulit.
Cara membuatnya mudah, hanya dengan mencampurkan oatmeal dengan air hingga menjadi pasta. Kemudian pasta oatmeal tersebut dioleskan pada permukaan kulit yang mengalami iritasi. Mandi dengan campuran oatmeal dan air hangat juga dapat meredakan eksim dan psoriasis.
- Baking Soda. Bahan yang dapat dengan mudah ditemukan di dapur ini mampu mengatasi berbagai kondisi permasalahan pada kulit, termasuk iritasi. Baking soda yang mengandung zat antijamur mampu meredakan gatal-gatal pada area kulit yang iritasi. Biasanya iritasi pada kulit yang disebabkan gigitan serangga.Larutkan baking soda dengan sedikit air, kemudian oleskan pada area kulit yang gatal-gatal karena iritasi. Cara lainnya, bisa juga dengan menuangkan ½ cangkir baking soda ke dalam bak air mandi untuk merendam seluruh tubuh.
- Minyak Kelapa Murni. Minyak kelapa murni ini dapat meredakan iritasi, terutama bagi kulit yang mengalami eksim. Oleskan minyak kelapa pada area kulit yang kering dan bersisik agar area kulit tersebut menjadi lembap dan kelembapannya dapat bertahan lama.
- Cuka Apel. Reaksi alergi sebagai salah satu penyebab iritasi, seperti kulit kering dan kulit gatal, dapat diredakan dengan cuka sari apel. Sebabnya, dalam cuka sari apel terdapat antiseptik dan antijamur yang mampu meringankan infeksi pada kulit. Selain itu, cuka sari apel juga membantu melembapkan kulit yang kering.
- Lidah Buaya. Lidah buaya segar yang dioleskan pada bagian kulit yang teriritasi berkhasiat meredakan kulit yang terbakar matahari, kemerahan, gatal, dan bengkak. Jika di rumah memiliki produk lidah buaya dalam kemasan, sebelum dioleskan pada kulit sebaiknya didinginkan terlebih dulu di dalam lemari es.
Baca Juga: Eksim Kering: Gejala, Jenis, dan Cara Mengobati
Pengobatan Medis Untuk Iritasi Kulit
Iritasi juga dapat diatasi dengan pengobatan secara medis. Berikut ini ada beberapa rekomendasi obat untuk kulit iritasi.
- Obat topikal. Pengobatan topikal merupakan pengobatan yang dapat langsung diaplikasikan di kulit. Pengobatan jenis ini termasuk hidrokortison yang dapat mengatasi kulit iritasi dan kering, serta gatal-gatal dan kemerahan akibat dari reaksi alergi, eksim, dan psoriasis. Gunakan salep hidrokortison selama dua minggu untuk mengobati penyakit kulit ini.
Ada pula calamine yang dapat membantu meredakan gejala iritasi seperti ruam dan gatal-gatal pada kulit akibat gigitan serangga dan poison ivy. Obat iritasi kulit lainnya adalah pramoxine. Dengan kandungan hidrokortison dan bahan aktif lainnya, pramoxine efektif membantu mengatasi gejala iritasi yang ringan.
- Obat Oral. Sementara itu, untuk pengobatan oral yang dapat mengatasi iritasi sebaiknya konsultasikan dulu dengan dokter. Biasanya dokter meresepkan antihistamin generik sebagai pengobatan akibat reaksi alergi. Antihistamin ini juga sebagai obat antibiotik dan antijamur berbentuk tablet untuk mengatasi infeksi bakteri. Untuk mengatasi iritasi yang parah seperti psoriasis, dermatologis atau ahli penyakit kulit menyarankan untuk melakukan suntikan.
Kapan Harus ke Dokter?
Jika gejala-gejala iritasi kulit yang dialami semakin parah dan sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya langsung kunjungi dokter ahli penyakit kulit. Ciri-cirinya ketika ruam muncul secara tiba-tiba dan menyebar dengan cepat di sekujur tubuh. Ketika ruam muncul disertai dengan demam, kemudian kulit seperti melepuh dan terasa nyeri. Area kulit yang mengalami iritasi juga terinfeksi dengan gejala mengeluarkan nanah, pembengkakan, dan goresan merah yang berasal dari ruam.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Alergi Dingin: Ciri – Ciri, Penyebab, dan Cara Mengobati
Alergi Dingin: Ciri – Ciri, Penyebab, dan Cara Mengobati
Alergi dingin merupakan reaksi yang timbul di permukaan kulit setelah terpapar suhu udara yang dingin. Ya, suhu udara yang dingin juga bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti alergi. Simak penjelasannya berikut ini yuk!
Ketika udara dingin, Anda pastinya akan langsung ambil selimut atau jaket tebal. Bagi para ibu, pasti juga langsung melindungi sang buah hati dengan memberinya selimut atau jaket. Hal ini agar terhindar dari masalah kesehatan.
Ya, sebabnya ada sebagian orang yang dengan mudah mengalami gangguan kesehatan ketika suhu di sekitarnya mulai rendah. Dari sebagian orang tersebut, ada yang tubuhnya bisa langsung mengalami reaksi alergi ketika terpapar udara dingin. Setelah beberapa saat terpapar, permukaan kulit akan tampak ruam dan berbintik kemerahan, kemudian kulit mulai terasa gatal – gatal sehingga merasakan ketidaknyamanan. Nah, bisa jadi Anda sedang mengalami alergi dingin.
Pemicu Alergi Dingin
Alergi dingin disebut juga dengan urtikaria dingin. Hal ini merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh yang berlebihan ketika tubuh terpapar suhu udara yang rendah, berangin, dan lembap. Pemicunya adalah udara yang dingin dan air dingin. Contohnya ketika berada di dalam ruangan ber-AC, saat mandi pagi hari, atau berenang di air dingin. Dalam kasus yang langka, konsumsi makanan/minuman yang dingin juga bisa jadi sebagai pemicu. Namun, penyebab pasti timbulnya alergi ini belum diketahui.
Meski begitu, ada pula faktor lainnya yang membuat alergi ini makin berisiko. Antara lain ketika seseorang itu, secara genetik, mewarisi dari orangtuanya, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Kemudian ketika seseorang yang baru saja terkena infeksi, memiliki penyakit tertentu, adanya virus, atau sel-sel kulitnya yang lebih sensitif. Selain itu, orang yang paling berisiko terkena alergi dingin adalah di rentang usia bayi, anak-anak, hingga remaja.
Gejala Alergi Dingin
Ketika tubuh terpapar suhu yang dingin, tubuh akan melepaskan zat kimia bernama histamin ke aliran darah. Nah, zat-zat kimia inilah yang membuat gejala-gejala muncul. Gejala-gejala yang timbul dari reaksi alergi dingin pada setiap orang bisa berbeda. Mulai dari tingkat yang ringan hingga tingkat yang lebih berat dan parah.
Gejala di level yang ringan, pada umumnya akan muncul ruam kemerahan pada area kulit. Kemudian muncul bentol-bentol yang menonjol pada kulit yang disertai dengan rasa gatal. Besarnya bentol yang terjadi juga beragam. Mulai dari yang kecil hingga besar seperti membentuk sebuah “pulau” di area kulit. Reaksiakan memburuk ketika kulit menghangat.
Reaksi alergi ini biasanya muncul 5—10 menit setelah permukaan kulit terpapar pada suhu dingin. Gejala akan makin meningkat ketika kondisi lingkungan sekitar juga lembap. Gejala–gejala ini akan bertahan setidaknya 1—2 jam. Gejala-gejala ini bisa timbul pada area kulit di wajah, lengan, punggung, perut, dan kaki. Reaksi ini dikenal juga dengan nama biduran. Gejala-gejala seperti ini akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian orang, gejala alergi ini akan menghilang beberapa tahun kemudian.
Alergi Dingin Bisa Berbahaya
Sementara itu, beberapa orang juga bisa mengalami gejala dengan tingkat sedang hingga yang lebih parah, meskipun hal ini sangat jarang terjadi. Penyebab utama gejala ini bisa meningkat ke kondisi yang lebih parah karena permukaan kulit di seluruh tubuh terpapar suhu yang dingin, misalnya disebabkan karena berenang di air yang dingin.
Di antaranya seperti terjadi pembengkakkan pada bibir saat mengonsumsi makanan/minuman dingin. Saat tangan memegang benda dingin, seperti es batu, tangan juga akan terasa bengkak. Reaksi yang lebih parah dan berbahaya bahkan bisa membuat tubuh pingsan atau hilang kesadaran, tekanan darah yang rendah, jantung berdebar, pembengkakan anggota badan atau dada, dan syok anafilaktik. Lidah dan tenggorokan juga membengkak sehingga bisa membuat seseorang kesulitan bernapas.
Kalau sudah ada penampakan gejala seperti ini, sebaiknya langsung dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat agar bisa ditangani segera.
Bedakan Alergi Dingin dan Flu
Terkadang ketika terjadi alergi dingin seringkali dianggap sebagai flu. Nah, pelajari perbedaan antara alergi dan flu berikut ini agar Anda mendapat penanganan yang tepat.
- Alergi lebih sering terjadi daripada flu, yaitu 2—3 kali dalam seminggu. Sementara flu hanya terjadi satu kali dalam seminggu.
- Kondisi tubuh saat terjadi alergi dingin tidak menunjukkan adanya gejala demam. Saat alergi, gejala yang ditunjukkan adalah perubahan pada area permukaan kulit yang kemerahan, gatal-gatal, dan terjadi pembengkakan. Jenis pilek pada alergi juga ditunjukkan ketika lendir yang keluar dari hidung berwarna jernih, bukan berwarna kuning atau hijau. Pilek karena alergi dingin juga membuat Anda lelah dan sulit tidur.
- Gejala demam yang disertai dengan bersin dan batuk ditunjukkan ketika mengalami flu. Jika tubuh terasa hangat, itu artinya Anda sedang mengalami gejala flu. Gejala lainnya seperti hidung beringus, tersumbat, batuk, dan sakit tenggorokan. Flu terjadi karena adanya infeksi virus. Anda juga akan merasakan kelelahan pada tingkat yang lebih tinggi hingga menguras energi dan lebih mengantuk dari biasanya.
Lakukan Tes
Anda dapat mencoba melakukan tes dengan menempatkan sebuah es batu ke permukaan kulit selama lima menit. Jika memang memiliki alergi dingin, gejala seperti ruam kemerahan dan bentol-bentol akan muncul beberapa menit setelah es batu tersebut diangkat.
Apabila Anda masih merasa bingung dengan gejala-gejala yang timbul tersebut, apakah gejala tersebut akibat alergi atau gangguan kulit lainnya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis. Dokter akan menanyakan beberapa hal, misalnya terkait gejala yang dialami atau riwayat penyakit yang pernah diderita. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya, seperti tes darah atau tes urine.
Cara Mengatasi Alergi Dingin
Karena paparan udara atau suhu yang rendah menjadi pemicu, waspadalah ketika cuaca sekitar mulai mendingin. Nah, lakukan beberapa hal berikut ini untuk mengatasinya.
- Bila memungkinkan, hindari tempat-tempat yang lingkungannya bersifat dingin.
- Lindungi tubuh dan tutupi permukaan kulit yang terpapar udara dingin dengan jaket atau selimut yang tebal.
- Hindari pula berenang di air dingin untuk sementara waktu. Jika ingin berenang, coba dahulu dengan memasukkan tangan atau kaki ke dalam air. Kemudian lihatlah reaksi yang terjadi pada kulit.
- Rendam kaki atau mandi dengan air hangat.
- Perhatikan asupan makanan yang masuk. Sebaiknya, hindari makanan/minuman yang dingin untuk mencegah pembengkakan pada tenggorokan.
- Perhatikan pula waktu dan pemicu yang terjadi. Misalnya, apakah gejala muncul ketika terkena air dingin atau saat konsumsi minuman/makanan yang dingin. Dengan begitu, pemicu alergi ini dapat dihindari.
- Ketika Anda berencana untuk melakukan operasi, konsultasikanlah dengan dokter bedah bahwa Anda memiliki riwayat alergi dingin. Nantinya, tim operasi bedah akan mengambil langkah-langkah tertentu untuk mencegah timbulnya gejala-gejala saat di ruang operasi.
Cara Mengobati Alergi Dingin
- Minum obat antihistamin sebelum terpapar suhu yang dingin. Apabila Anda ingin memberikannya kepada bayi di bawah 6 bulan, pemberian antihistamin ini juga harus dikonsultasikan dulu dengan dokter. Obat antihistamin yang biasa diberikan untuk mengatasi alergi dingin adalah cetirizine, loratadine, atau desloratadine. Obat-obatan lainnya untuk pereda adalah kortikosteroid, capsaicin oles, omalizumab, atau obat agonis reseptor seperti zafirlukast dan monteluklast.
- Minum obat alergi yang sudah diresepkan oleh dokter agar pengobatan dilakukan dengan tepat. Biasanya dokter memberi resep obat
- Jika dokter menganjurkan dan meresepkan suntikan epinephrine (seperti EpiPen, Aubi-Q, dan lainnya), bawalah selalu ke mana pun Anda pergi untuk mengatasi ketika kondisi darurat terjadi. Misalnya, ketika gejala yang timbul meningkat ke level yang lebih berat. Epinephrine dapat diberikan untuk anak-anak hingga orang dewasa, dengan dosis yang disesuaikan kondisi masing-masing orang.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Pelajari Ciri – Ciri dan Mengatasi Ruam Popok
Pelajari Ciri – Ciri dan Mengatasi Ruam Popok
Bayi yang baru lahir memang rentan ya, Moms. Terpapar zat/benda asing sedikit saja, dapat membuat buah hati Anda merasa tidak nyaman. Salah satu kondisi yang umum dikeluhkan oleh bayi adalah masalah ruam popok.
Ruam popok merupakan reaksi kulit yang seringkali terjadi pada bayi, terutama pada tahun pertama kehidupannya. Kulit Si Kecil, terutama di bagian bokong, lipatan paha, dan kelamin, mengalami iritasi atau peradangan. Sebabnya, area tersebut tertutup oleh popok dan basah terkena paparan urine dan tinja. Kondisi ini akan membuat bayi merasa terganggu dan tidak nyaman.
Ruam kebanyakan terjadi karena popok tidak diganti dalam waktu lama sehingga menimbulkan iritasi pada kulitnya. Namun tenang ya, Moms, masalah ini bukan karena Anda salah melakukan perawatan pada bayi. Sebab, ruam ini bisa terjadi meskipun Moms sudah membersihkan area popok dan mengganti popok dengan rutin. Hampir semua bayi mengalami masalah ini, Moms.
Moms juga tak perlu khawatir karena penyakit ini masih bisa dikontrol dan diatasi. Ada cara mudah yang bisa dilakukan di rumah untuk mengatasinya. Lebih baik Moms mempelajari ciri-ciri, cara mengatasi, dan cara mencegah ruam popok berikut ini yuk!
Ciri-Ciri Ruam Popok
Berikut ini ada dua tanda agar Moms dapat mengenali dan memperhatikan ciri-ciri ketika Si Kecil mengalami ruam popok.
- Tanda-tanda yang dapat dilihat melalui kulit si bayi. Antara lain, kulit bayi di daerah popok—pantat, paha, dan alat kelamin—akan tampak bercak-bercak yang memerah. Lalu, kulitnya juga kering dan melepuh, serta terdapat luka lecet.
- Perubahan kebiasaan si bayi. Perhatikanlah kebiasaan bayi Anda, Moms. Apabila Si Kecil tampak berbeda dari hari-hari sebelumnya, seperti ia merasa tidak nyaman, sering rewel, atau menangis saat area popok dibersihkan, disentuh, dan diganti popoknya. Nah, mungkin saja ia mengalami ruam popok.
Penyebab Ruam Popok
Penyebab terjadinya ruam popok pada bayi bukan hanya karena popok basah saja. Ternyata, ada banyak hal yang menjadi penyebabnya, Moms. Nah, berikut beberapa penyebab.
- Kulit di area popok terkena paparan urine dan feses yang terlalu lama sehingga kulit Si Kecil iritasi. Kulit bayi makin rentan alami ruam popok apabila ia sering buang air besar karena diare. Tinja membuat kulit lebih iritasi daripada urine.
- Si Kecil memakai popok atau pakaian yang terlalu ketat. Hal ini membuat popok dapat bergesekan dengan kulit sehingga kulitnya lecet dan menyebabkan ruam.
- Alergi atau sensitif terhadap kandungan bahan produk baru yang digunakan sehingga kulit Si Kecil jadi iritasi. Produk baru ini bisa bermacam-macam, seperti tisu bayi atau popok sekali pakai merek baru. Bahan-bahan kimia dalam deterjen, pemutih, atau pelembut pakaian yang digunakan untuk mencuci popok kain Si Kecil. Zat-zat yang terkandung dalam beberapa losion bayi, bedak tabur bayi, dan minyak bayi juga bisa menambah masalah terjadinya ruam.
- Infeksi bakteri dan jamur. Area sekitar popok yang tertutup sangat hangat dan lembap. Air seni Si Kecil juga dapat mengubah pH kulitnya sehingga menjadi tempat terbaik bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Perkembangbiakan bakteri dan jamur yang berlebihan akan menyebabkan infeksi sehingga membuat kulit memerah, meradang, dan membengkak.
- Makanan baru. Saat bayi hanya konsumsi ASI, ruam yang dialaminya merupakan reaksi terhadap makanan yang dimakan oleh Anda, Moms. Namun ketika bayi mulai makan makanan pendamping ASI, kandungan fesesnya juga akan berubah. Frekuensi Si Kecil buang air besar pun akan meningkat. Perubahan pola makan ini dapat menjadi salah satu pemicunya.
- Kulit yang sensitif. Bayi yang memiliki masalah pada kulitnya, seperti dermatitis atopik atau dermatitis seboroik (eksim), lebih rentan.
- Antibiotik. Bayi mengonsumsi antibiotik atau bayi yang minum ASI sementara Moms sedang mengonsumsi antibiotik. Antibiotik akan meningkatkan risiko diare sehingga Si Kecil berpotensi mengalami ruam. Selain itu, antibiotik juga dapat membasmi bakteri baik yang menjaga pertumbuhan jamur. Hal ini bisa mengakibatkan bayi mengalami ruam popok karena infeksi jamur.
Popok Kain vs Popok Sekali Pakai
Apakah jenis popok yang dipakai si bayi juga dapat memengaruhi timbulnya ruam? Perlukah mengganti popok kain dengan popok sekali pakai, atau sebaliknya? Nah, mungkin Moms sempat berpikir hal ini juga.
Perlu diketahui Moms, dalam mencegah ruam popok memang belum ada bukti yang kuat bahwa popok kain lebih baik daripada popok sekali pakai. Begitu juga sebaliknya. Gunakan saja popok yang menurut Moms terbaik untuk si bayi, baik itu popok kain maupun popok sekali pakai.
Baca Juga: Mengenal Eksim Susu atau Ruam Susu Pada Bayi
Yang paling penting adalah memperhatikan kondisi popoknya. Jika popok sudah basah, langsung segera digantikan dengan popok yang kering agar area sekitar popok tetap bersih dan kering. Kemudian, waspada terhadap penggunaan produk pembersih untuk mencuci popok bayi. Jika produk tersebut dapat menyebabkan ruam, segera ganti jenis atau merek produk yang lebih cocok.
Langkah Perawatan Ruam Popok Pada Bayi
Umumnya, ruam popok masih dapat diatasi dengan langkah-langkah perawatan yang bisa dilakukan di rumah. Perawatan berikut ini dapat membantu mengatasi sekaligus mencegah timbul kembali.
- Cuci tangan dengan sabun terlebih dulu, baik sebelum maupun sesudah Moms mengganti popok Si Kecil.
- Ganti popok sesering mungkin, terutama ketika bayi sedang tidur pada malam hari. Segera ganti popok si bayi apabila sudah basah dan kotor agar kulit di sekitar area popok tetap kering dan bersih.
- Saat mengganti popok, bersihkan kulit di sekitar area popok dengan air bersih. Namun jangan gosok kulitnya terlalu keras, apalagi ketika kulitnya sedang lecet. Setelah itu, keringkan dengan handuk lembut secara perlahan sebelum memakaikan popok yang baru.
- Pastikan, popok yang dipakaikan pada bayi tidak terlalu ketat.
- Oleskan krim atau salep pelindung kulit khusus bayi saat Moms mengganti popoknya sehingga dapat mengurangi iritasi pada kulitnya. Krim atau salep dengan kandungan zinc oxide dan petroleum jelly dapat melindungi kulit dari kelembapan.
- Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol dan pewangi karena dapat memicu iritasi.
- Hindari penggunaan bedak tabur karena malah akan memicu kulitnya jadi iritasi. Bedak juga dapat membuat iritasi pada paru-paru bayi.
- Sesekali biarkan Si Kecil tidak memakai popok, tutupi saja dengan handuk lembut agar kulit di area sekitar popok dapat “bernapas” dan sirkulasi udara. Hal ini juga membantu kulitnya kering secara alami.
- Apabila Si Kecil dalam masa pemulihan dari ruam popok, gunakan popok dengan ukuran yang lebih besar.
- Mandikan Si Kecil setiap hari dengan air hangat suam-suam kuku dan sabun khusus bayi tanpa pewangi.
- Gunakan produk-produk pembersih yang memang khusus diciptakan untuk bayi agar terhindar dari bahan-bahan kimia yang dapat memicu iritasi kulit pada bayi.
Perlukah ke Dokter?
Moms bisa mengunjungi dokter apabila ruam yang dialami Si Kecil tak kunjung sembuh meskipun sudah melakukan perawatan di rumah selama beberapa hari. Apalagi jika ruam tersebut bertambah parah. Tanda – tandanya adalah kulit berdarah, gatal, mengeluarkan cairan, hingga menyebabkan rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil atau buang air besar. Kemudian, Si Kecil juga mengalami demam. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Biasanya, dokter akan memberikan resep obat berupa krim kortikosteroid, salep antijamur, atau antibiotik. Resep ini diberikan tergantung pada kondisi dan penyebab ruam popok yang dialami Si Kecil. Apabila sudah diberi obat resep dari dokter dan ruam popok tidak membaik juga, dokter akan merekomendasikan Moms untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
9+ Cara Mengatasi Alergi Debu Pada Kulit
9+ Cara Mengatasi Alergi Debu Pada Kulit
Penyebab alergi bisa bermacam-macam. Tak hanya makanan, lingkungan di dalam rumah pun dapat menjadi pemicu seseorang mengalami alergi. Salah satu pemicu alergi yang berasal dari lingkungan rumah adalah debu. Karena biasanya, partikel-partikel debu paling banyak ditemukan di dalam rumah.
Saat sedang membersihkan atau mengibas-ngibaskan perabot rumah, seperti seprai, bantal, atau kain, akan muncul debu ketika tersorot sinar matahari. Debu inilah yang bisa menjadi alergen atau pemicu alergi di dalam ruangan sehingga menimbulkan reaksi alergi.
Karena itu, ketika seseorang memiliki alergi dan hipersensitif terhadap debu, lalu menghirup atau terpapar udara yang bercampur dengan partikel-partikel debu, pertahanan tubuhnya akan bereaksi. Sistem imun tubuhnya bereaksi pada zat protein yang ada di dalam partikel debu tersebut dan menganggapnya sebagai zat-zat berbahaya yang harus dilawan. Akhirnya, timbullah reaksi berupa gejala-gejala.
Partikel Kecil Debu Sebabkan Alergi Debu
Pemicu alergi yang dimaksud di sini bukan hanya debu saja ya. Tetapi, ada zat-zat lain yang terdapat dalam partikel-partikel debu tersebut. Zat-zat lain itu terbentuk dari sel-sel kulit mati manusia, makhluk hidup kecil yang tak dapat dilihat mata, juga dari serangga. Berikut ini beberapa zat-zat yang ada di dalam partikel debu.
- Tungau Debu. Menurut American College of Allergy, Asthma, and Immunology, tungau debu adalah pemicu alergi/alergen di dalam ruangan yang paling umum. Sebabnya, tungau debu banyak ditemukan di dalam rumah. Antara lain ada di bantal, kasur, seprai, karpet, dan lapisan kain yang menutupi furnitur di rumah. Makhluk mikroskopis ini bisa hidup dan tumbuh subur di tempat yang lembap, hangat, dan jarang terkena sinar matahari. Kira-kira di ruangan dengan temperatur antara 20—25 derajat celcius dan kelembapan antara 70%–80%.
Dalam partikel-partikel debu terdapat kotoran dan tubuh tungau debu yang membusuk. Partikel tungau debu yang sangat kecil ini akan beterbangan di udara ketika Anda mengeringkan dan membersihkan tempat tidur dengan vakum, berjalan di atas karpet atau menyedot debu pada karpet. Zat protein yang ada dalam serpihan-serpihan tungau debu inilah yang menjadi penyebab alergi debu apabila terhirup atau tersentuh kulit.
- Spora. Partikel debu lainnya adalah partikel jamur kecil dan spora yang hidup di tempat lembap, seperti di kamar mandi dan dapur. Partikel-partikel jamur dan spora itu bisa melayang-layang di udara sehingga jika terhirup atau tersentuh pada orang yang sensitif pada debu akan menimbulkan gejala.
- Kecoa. Ada lagi partikel debu lainnya yang menyebabkan alergi, antara lain serangga seperti kecoa. Beberapa orang akan langsung muncul gejala-gejala alergi ketika berada di dekat kecoa. Partikel-partikel kecil dari kecoa adalah komponen umum dalam debu yang ada di rumah, yang bisa menjadi penyebab.
- Serbuk sari. Serbuk sari yang berasal dari pepohonan, bunga, rumput, dan gulma juga dapat menjadi pemicu. Namun, setiap orang memiliki reaksi alergi terhadap berbagai jenis serbuk sari yang berbeda.
- Rambut dan bulu-bulu halus hewan peliharaan. Hewan peliharaan di rumah, seperti kucing dan anjing, bisa menimbulkan masalah alergi pada seseorang. Serpihan kulit mati, air liur, dan urine dari hewan peliharaan di rumah dapat memicu reaksi alergi, apalagi ketika bercampur dengan partikel debu di udara yang ada di rumah.
Gejala Alergi Debu
Bagaimana reaksi tubuh ketika alergi terjadi? Ketika seseorang mengalami reaksi, gejala pada umumnya akan berkaitan dengan saluran pernapasan, mulai dari hidung hingga paru-paru. Antara lain adalah bersin-bersin, hidung tersumbat, hidung meler, mata memerah, berair, dan gatal, batuk, sesak napas, tenggorokan gatal, sesak di bagian dada. Alergi debu, terutama karena tungau debu, dapat menyebabkan gejala seperti infeksi sinus dan serangan asma.
Reaksi juga dapat terjadi pada permukaan kulit. Apabila kulit tersentuh atau terpapar partikel-partikel debu tersebut, akan muncul gejala kulit memerah, ruam-ruam, dan gatal-gatal.
Baca Juga: Penyebab Gatal Alergi dan Cara Menangani Pada Kulit
Gejala tersebut akan muncul ketika Anda membersihkan debu pada perabotan, menyedot debu, atau menyapu di dalam rumah.
Siapa yang Berisiko?
Setiap orang dapat berisiko mengalami alergi debu. Mulai dari rentang usia bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Namun, bayi dan anak-anak adalah yang paling rentan mengalami alergi ini. Sebabnya, sistem imun bayi dan anak-anak belum terbentuk dengan sempurna. Apalagi bayi dan anak-anak aktivitasnya lebih banyak di sekitar tempat tidur, jadi Moms harus waspada.
Seseorang yang memiliki riwayat keluarga dengan alergi debu atau jenis alergi lainnya, juga dapat berisiko. Risiko tinggi terkena bisa dialami ketika seseorang juga memiliki riwayat kesehatan seperti asma.
Cara Mengatasi Alergi Debu
Langkah utama agar terhindari dari reaksi alergi debu adalah dengan menjauhkan diri dari debu.
Anda juga dapat melakukan beberapa hal berikut ini untuk mengurangi paparan debu di dalam rumah. Dengan begitu, Anda atau anggota keluarga yang memiliki alergi atau sensitif pada debu dapat terhindar dari gejala-gejala.
- Bersihkan segala perabotan dan furnitur di rumah, serta ruangan di rumah secara berkala menggunakan vakum khusus dengan filter HEPA.
- Bersihkan dan cuci secara rutin untuk kain, seprei, selimut, karpet, dan tirai gorden dengan air panas. Jangan lupa untuk menggantinya secara berkala.
- Gunakan penyedot debu khusus tungau untuk membersihkan kasur dan bantal. Lalu, gunakan lapisan “mite-proof” untuk menutupi kasur dan bantal.
- Gunakan alat filter HEPA untuk membersihkan dan mengeringkan udara di kamar tidur.
- Gunakan humidifier agar dapat menciptakan kualitas udara yang baik dan menjaga kelembapan udara di dalam ruangan. Anda dapat menggunakannya di ruang tidur anak/bayi
- Jika memiliki hewan peliharaan di rumah, sebaiknya Anda atau anggota keluarga yang memiliki alergi harus jaga jarak dulu dari hewan peliharaan. Letakkan kandangnya di luar rumah dan hindari hewan peliharaan masuk ke dalam kamar tidur.
- Apabila serangga kecoa yang menjadi masalah alergi, sebaiknya langsung hubungi layanan pest control profesional agar bisa diatasi.
- Kumpulkan dan simpan mainan anak-anak di tempat khusus dan letakkan di luar kamar tidur anak agar tidak berpotensi menjad tempat berkumpulnya debu.
- Ketika sedang membersihkan rumah, sebaiknya anggota keluarga yang rentan pada alergi, untuk sementara berada di luar rumah agar partikel-partikel debu yang melayang di udara tidak terhirup atau terpapar. Apabila Anda sendiri yang rentan terhadap alergi, namun tetap harus membersihkan rumah, sebaiknya gunakan masker khusus, seperti masker N-95.
Cara Mengobati Alergi Debu
Apabila tindakan preventif dengan mengurangi paparan debu di dalam rumah sudah dilakukan, namun masih tetap menimbulkan reaksi, sebaiknya Anda konsultasikan dengan dokter. Bertemu dengan dokter, Anda juga dapat memastikan apakah gejala-gejala yang muncul tersebut merupakan akibat dari alergi atau flu. Tentunya, dengan mengikuti serangkaian tes alergi yang dianjurkan oleh dokter.
Apabila reaksi tubuh Anda benar karena alergi debu, dokter biasanya akan memberi resep obat untuk mengurangi gejala-gejala yang mungkin terjadi. Dekongestan dan Antihistamin adalah obat yang paling umum untuk mengatasi gejala-gejala akibat alergi tersebut. Kedua pengobatan ini dapat mengurangi gejala yang timbul, seperti hidung tersumbat, hidung meler, bersin-bersin, gatal-gatal, bengkak, hingga sesak napas. Jenis serta dosis untuk kedua obat ini sebaiknya mengikuti saran dokter. Dokter akan memberi dosis yang sesuai dengan tingkat gejala dan kondisi tersebut.
Selain itu, pengobatan lain yang dapat mengurangi gejala alergi debu adalah kortikosteroid yang dapat meredakan peradangan di hidung, seperti hidung tersumbat, pilek, bersin, dan gatal. Apabila pengobatan belum berhasil, bisa dilakukan imunoterapi agar Anda dapat menoleransi partikel-partikel debu yang menimbulkan alergi. Imunoterapi bisa dilakukan dengan cara disuntik atau oral.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...