Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada bayi berikut ini yuk, Moms!
Alergi adalah kondisi yang umum dialami bayi dan anak-anak. Alergi merupakan reaksi yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh terpapar pada benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Tubuh pun merespon dengan memproduksi antibodi berjenis immunoglobulin E (IgE), yang diprogram untuk melindungi tubuh dari bakteri, virus, dan alergen. Namun ketika antibodi ini diproduksi secara berlebihan, tubuh pun akan bereaksi pada alergen dengan menunjukkan peradangan dan pembengkakan. Hal ini dapat memicu terjadinya alergi.
Bisakah Bayi Alami Alergi?
Reaksi alergi pada bayi bisa terjadi karena berbagai alasan, Moms. Penyebabnya memang belum jelas. Meski begitu, perlu diingat bahwa bayi merupakan individu yang baru mengenal dunia. Karena itu, Si Kecil masih harus beradaptasi dengan lingkungan baru dan berbagai hal di sekelilingnya, termasuk makanannya.
Selain itu, daya tahan tubuhnya juga masih lemah dan belum sempurna sehingga Si Kecil rentan terkena alergi. Riwayat kesehatan di dalam keluarga juga bisa berperan penting. Sebabnya, kecenderungan alergi adalah keturunan. Jadi, jika Moms dan Dads memiliki riwayat, bisa saja menurunkan sifat alergi tersebut atau mengembangkan alergi yang lain kepada si Kecil.
Gejala Umum Alergi
Ada beberapa gejala alergi yang paling umum terjadi. Apabila Si Kecil mengalami gejala – gejala berikut ini, ia akan merasa tidak nyaman dan rewel.
- Gatal – gatal
- Pembengkakan
- Ruam kemerahan
- Gejala hidung berair seperti pilek
- Kesulitan dalam bernapas
- Masalah pencernaan
Mungkin sebagian dari Anda, Moms, tak menyadari gejala-gejala di atas merupakan gejala alergi. Namun, jika Moms memperkirakan gejala tersebut merupakan alergi, sebaiknya hindari alergen yang jadi pemicunya.
Beragam Jenis Alergi Pada Bayi
Nah, untuk lebih mengenal lagi tentang alergi, Moms perlu tahu berbagai jenis alergi berikut. Ada banyak alergi pada bayi yang lebih spesifik. Namun pada dasarnya, alergi terbagi menjadi tiga kategori berikut ini.
- Alergi Makanan dan Obat-obatan.
Makanan merupakan penyebab alergi paling umum terjadi pada bayi. Menurut American Academy of Allergy, Asthma, & Immunology, sekitar 6 persen anak-anak usia di bawah 2 tahun mengalami alergi makanan. Reaksi yang terkait makanan ini dimulai ketika Si Kecil mengenal makanan padat atau makanan pendamping ASI, yaitu sekitar 4—6 bulan. Meski begitu, ASI atau susu formula juga bisa menimbulkan alergi pada sebagian bayi, Moms. Karena itu, penting sekali bagi Moms untuk memperhatikan asupan makanan yang Anda konsumsi sendiri.
Bayi dan balita bisa mengalami alergi pada jenis makanan apa saja. Reaksi alerginya pun bisa disebabkan dari satu jenis makanan saja atau bahkan lebih. Di Amerika Serikat, ada 8 jenis makanan yang menjadi pemicu alergi. Antara lain adalah susu, telur, kacang, tree nuts (seperti almond, walnut, kacang mete), kedelai, gandum, ikan, dan kerang. Sementara itu yang menjadi pemicu alergi obat, salah satunya adalah pemberian antibiotik ketika bayi sakit. Beberapa obat lain yang dijual bebas pun juga bisa memicu alergi, Moms.
Baca Juga: Alergi Dingin: Ciri – Ciri, Penyebab, dan Cara Mengobati
Biasanya, gejala alergi makanan bisa langsung muncul beberapa menit atau jam setelah mengonsumsi makanan/obat-obatan yang menjadi pemicu alergi. Gejalanya bisa ringan atau bahkan bisa mengancam kehidupan Si Kecil. Umumnya gejala yang tampak adalah ruam, gatal-gatal, mengi, hingga kesulitan bernapas.
Beberapa tanda alergi obat, seperti ruam, mungkin tidak muncul selama beberapa hari. Sementara itu, alergi makanan juga bisa mengalami tanda-tanda berikut: sakit perut, batuk, diare, gatal-gatal dan ruam pada kulit, mual dan muntah. Si Kecil juga bisa mengalami gejala ruam kemerahan di sekitar mulut, di beberapa kasus lidah dan mulut membengkak, hidung berair dan tersumbat seperti pilek, bagian wajah, lengan, dan kaki ikut membengkak. Gejala yang berat dan serius, serta dapat mengancam kehidupan bayi akibat alergi makanan adalah kondisi anafilaksis. Namun hal ini sangat jarang terjadi pada bayi.
- Alergi Lingkungan.
Alergi lingkungan merupakan jenis alergi karena kulit bayi menyentuh atau menghirup benda-benda asing di sekitarnya. Apalagi ketika Si Kecil sudah mulai aktif bermain di dalam ruangan ataupun luar ruangan, sekitar usia 18 bulan.
Benda-benda asing tersebut misalnya kandungan deterjen yang ada pada pakaian atau sesuatu yang terhirup, seperti debu. Bulu hewan peliharaan (anjing atau kucing), jamur, tungau, serbuk sari, sengatan/gigitan serangga, dan hal-hal lain yang ada di sekitar lingkungan bisa memicu gejala. Sampo, sabun, deterjen, dan produk pembersih lain yang sejenis juga merupakan pemicu alergi, seperti dermatitis kontak.
Gejala alergi pada bayi yang timbul adalah mata merah dan gatal, bersin, batuk, mengi (bengek), hidung berair seperti pilek, dan dadak sesak. Meski begitu, gejala alergi ini tidak biasa terjadi pada bayi. Gejala-gejala lainnya gatal-gatal, ruam, dan binti-bintil kecil yang gatal di kulit apabila terpapar dengan alergen atau sesuatu yang sensitif.
- Alergi Musiman.
Alergi musiman biasanya merupakan masalah alergi pada bayi dalam musim tertentu di sepanjang tahun atau lokasi tertentu. Kecenderungannya, alergen berasal dari luar ruangan, seperti dari pohon dan tanaman lain yang tumbuh di daerah tersebut. Namun biasanya yang paling menonjol adalah pada musim semi ketika jumlah serbuk sari sedang tinggi-tingginya.
Gejala yang dialami bayi adalah bersin-bersin, mata gatal, berair dan membengkak, batuk, dan hidung berair. Si Kecil juga bisa mengalami sakit pada telinga, bahkan hingga alami infeksi telinga. Apabila bayi Anda mengalami gejala-gejala seperti ini dalam setahun pada musim tertentu, bisa jadi Si Kecil mengalami alergi musiman, Moms.
Baca Juga: Manfaat Baby Cream untuk Kulit Bayi
Gejala Serius Alergi pada Bayi
Gejala yang berat dan serius, serta dapat mengancam kehidupan bayi akibat alergi adalah kondisi anafilaksis. Ini merupakan kondisi syok, yaitu ketika tekanan darah menurun secara drastis dan saluran udara menyempit sehingga kesulitan bernapas. Tanda-tandanya adalah mata, bibir, dan wajah membengkak, ruam, kulit pucat, terasa mual, muntah, kepala pusing, kesulitan bernapas, hingga tidak sadarkan diri/pingsan. Jika kondisi bayi Anda seperti ini, langsung segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan yang tepat dari tenaga medis atau dokter.
Meminimalisir Alergi pada Bayi
Untuk mendapatkan penanganan yang tepat dalam mengatasi alergi pada bayi, sebaiknya Moms konsultasikan terlebih dulu dengan dokter mengenai gejala-gejala yang ada. Bisa juga dilakukan pemeriksaan atau tes khusus, seperti tes kulit, tes darah, atau tes makanan. Hanya saja, hasil dari pemeriksaan atau tes ini agak sulit disimpulkan karena sistem kekebalan tubuh bayi belum terbentuk dengan baik.
Oleh karena itu, yang dapat Moms lakukan untuk mengatasinya adalah dengan meminimalisir risiko, yaitu menghindari alergen yang menjadi pemicu alergi. Di antaranya seperti berikut ini.
- Membersihkan kasur dan bantal Si Kecil secara berkala, lalu tutupi kasur dan bantal dengan seprai dan sarung bantal antitungau.
- Bersihkan secara berkala benda-benda yang dapat menyimpan debu, seperti kasur, karpet, mainan, dengan vacuum.
- Hindari Si Kecil dari hewan peliharaan, seperti anjing dan kucing, yang ada di rumah.
- Ganti produk pembersih yang biasa dengan produk pembersih yang mengandung hypoallergenic.
- Mengatur pola makan, baik pola makan Anda sendiri apabila Si Kecil masih menyusui maupun bayi Anda ketika ia sudah diperkenalkan makanan padat.
- Perkenalkan jenis makanan baru pada bayi secara perlahan. Misalnya, pada minggu pertama diperkenalkan dengan telur. Jika tidak ada reaksi alergi pada bayi Anda, mulai kenalkan dengan makanan yang lain.
- Perhatikan cuaca dan musim di wilayah Anda, Moms. Jika Si Kecil memiliki alergi musiman, kurangi bermain di luar ruangan saat musim tertentu yang memicu timbulnya alergi.
- Hindari penggunaan sampo, sabun, deterjen yang menggunakan pewangi.
- Janganlah merokok dekat dengan si bayi.
Mengobati Alergi pada Bayi
Sementara itu untuk pengobatan, obat yang diberikan tergantung pada jenis alerginya dan gejala yang timbul. Berikut beberapa pengobatan yang bisa dilakukan, Moms.
- Berikan obat antihistamin untuk mengurangi reaksi alergi. Meskipun antihistamin merupakan obat yang umum untuk mengatasi alergi, namun tidak direkomendasikan untuk anak-anak usia di bawah 2 tahun. Jadi, perlu dikonsultasikan dulu dengan dokter ya, Moms.
- Krim hidrokortison juga dapat membantu meringankan gejala-gejala alergi yang muncul di permukaan kulit, seperti ruam karena alergi. Namun, hal ini juga perlu dikonsultasikan dulu dengan dokter, Moms. Baca juga petunjuk di setiap kemasan krim hidrokortison sebelum digunakan.
- Pemberian inhaler ketika bayi mengalami kesulitan bernapas akibat alergi dengan petunjuk/resep dari dokter.
Untuk mengatasi gejala anafilaksis yang merupakan reaksi alergi yang parah, biasanya dokter akan memberi injeksi atau suntikan EpiPen/hormon adrenalin. Suntikan ini mudah diberikan melalui kulit bayi.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Apa Itu pH (Power of Hydrogen)? Pentingnya pH Pada Kulit?
Apa Itu pH (Power of Hydrogen)? Pentingnya pH Pada Kulit?
Kulit tubuh memiliki kadar pH. Keseimbangan kadar pH kulit tubuh sangatlah penting untuk dijaga. Namun, mengapa kadar pH kulit perlu seimbang? Yuk, kenali lebih jauh tentang pH, keterkaitan antara pH dengan kulit, dan cara menjaganya, berikut ini!
Kulit merupakan perlindungan tubuh paling terluar. Peran kulit sangat penting untuk melindungi tubuh dari berbagai paparan zat-zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Nah, agar kulit selalu sehat, menjaga keseimbangan pH kulit sangatlah penting.
Apa Itu pH?
Dalam bidang kimia, pH merupakan singkatan dari potential of hydrogen atau power of hydrogen. Istilah ini digunakan untuk mengukur tingkat keasaman atau kebasaan (alkalinitas) dari larutan.
Istilah pH ini menerjemahkan nilai konsentrasi ion hidrogen ke dalam bentuk urutan angka 0 sampai 14. Larutan yang mengandung pH lebih rendah atau nilainya kurang dari angka 7 cenderung bersifat asam. Lalu, apabila larutan yang memiliki pH lebih tinggi atau nilainya lebih dari angka 7 cenderung sifatnya alkali atau basa. Sementara angka 7 dikategorikan sebagai netral.
Pertama kalinya, konsep pH ini diperkenalkan oleh seorang ahli biokimia asal Denmark bernama Søren Peder Lauritz Sørensen pada tahun 1909. Dalam beberapa bidang keilmuan, terutama yang berkaitan pada kehidupan atau industri bidang kimia, pengukuran nilai pH sangat penting. Bidang keilmuan tersebut adalah bidang biologi, kemudian kimia, bidang kedokteran, pada dunia pertanian, ilmu pangan, rekayasa (keteknikan), hingga bidang oseanografi. Meski begitu, bidang lingkup science atau teknologi lainnya juga menggunakan pengukuran nilai pH. Namun, frekuensi penggunaannya lebih rendah.
Pengaruh pH pada Kulit
Lantas, apa keterkaitannya antara pH dengan kulit? Tahukah Anda, kadar pH atau tingkat keasaman pada kulit sangat penting untuk menunjukkan kesehatan kulit. Kadar pH pada kulit sangat berperan dalam menjaga kondisi kulit.
Nilai keasaman kulit bervariasi, angkanya dimulai dari 1—14. Jika nilai pH berada pada angka 1—6, hal ini menunjukkan bahwa pH tergolong asam. Sementara pH netral berada pada angka 7. Lalu, angka 8—14 menunjukkan nilai pH tergolong basa. Idealnya, kadar pH kulit ada di angka 5.5 agar kulit dapat bekerja dengan optimal. Dengan begitu, kulit mampu mempertahankan fungsinya sebagai penghalang atau pelindung kulit.
Kunci pH dalam menjaga kondisi kulit ini berkaitan dengan acid mantle. Acid mantle merupakan lapisan pada permukaan kulit yang tipis, sangat halus, dan sedikit asam. Acid mantle terbentuk dari asam amino dan asam lemak yang terdapat di dalam keringat, serta sebum atau minyak yang keluar dari kulit. Lapisan ini memiliki fungsi untuk membantu mempertahankan kadar keasaman kulit dan sebagai skin barrier atau penghalang kulit. Ketika kulit mengeluarkan sebum dan melepaskan asam lemak, acid mantle bertanggung jawab agar kesehatan dan kelembapan kulit tetap terjaga.
Caranya dengan melawan mikroba berbahaya, seperti bakteri, virus, dan berbagai hal yang berasal dari lingkungan sekitar, seperti alergen, perubahan suhu, bahan kimia yang keras, dan polusi. Acid mantle juga dapat membantu merusak radikal bebas yang dapat meningkatkan proses penuaan. Agar keseimbangan pH tetap terjaga, idealnya acid mantle berada pada kadar pH 4.5—5.5.
Kadar pH Kulit Bayi dan Orang Dewasa Berbeda
Kadar pH kulit bayi dan orang dewasa ternyata berbeda. Saat bayi dilahirkan, bayi memiliki permukaan kulit yang alkali dengan pH lebih dari 6. Kemudian selama beberapa minggu dalam kehidupan bayi yang baru lahir, kulitnya cenderung memiliki pH yang asam di antara 5 dan 5.5. Kadar pH pada kulit bayi yang asam ini membantu mencegah berbagai penyakit serta mampu melawan penyebaran bakteri dan jamur.
Namun, acid mantle pada kulit bayi masih lemah dan belum terbentuk sempurna. Hal ini membuat kulit Si Kecil menjadi sensitif dan rentan terhadap benda-benda asing. Seiring dengan perkembangan usia dan hormon, pH pada kulit akan mengalami perubahan ketika Si Kecil mulai beranjak besar. Ketika usia dewasa, pH akan cenderung netral dengan berada di angka 7.
Kadar pH Bervariasi
Masing-masing area kulit di tubuh memiliki kadar pH yang bervariasi. Area permukaan kulit yang jarang terekspos seperti kulit bokong, ketiak, dan area kemaluan cenderung mempertahankan kadar pH atau tingkat keasaman yang alami.
Berbeda area permukaan kulit tubuh yang sering terekspos, seperti kulit wajah, dada, dan tangan, yang cenderung bersifat alkali/basa. Itu karena area permukaan kulit tersebut lebih banyak terpapar zat-zat dari lingkungan sekitar.
Faktor yang Mempengaruhi pH Kulit
Ada beberapa faktor lain yang dapat mempengaruhi pH kulit. Antara lain ada yang dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh atau lingkungan sekitar.
- Faktor usia
- Keringat
- Perubahan musim dengan suhu dan kelembapan yang berbeda
- Debu dan polusi
- Pola makan yang tidak tepat, seperti terlalu banyak kafein, gula, ragi, dan makanan junk food
- Terlalu banyak terpapar sinar matahari
- Produk kosmetik
- Produk antibakteri
- Deterjen
- Bahan-bahan kimia
- Kebiasaan perawatan kulit yang salah, seperti terlalu sering mencuci permukaan kulit, menggunakan pembersih kulit yang mengandung bahan keras, dan menggunakan sabun yang mengandung alkali tinggi
Kenapa Perlu Menjaga Keseimbangan pH Kulit?
Anjuran untuk menjaga keseimbangan pH ini seringkali terdengar. Mengapa hal ini penting sekali? Perlu diketahui bahwa ketika kadar pH pada kulit terjaga keseimbangannya, kelembapan dan kesehatan kulit pun akan tetap terjaga. Acid mantle sebagai lapisan pelindung kulit juga akan bekerja dengan optimal. Dengan begitu, kulit akan selalu sehat, segar, dan bercahaya.
Keseimbangan pH kulit terganggu apabila kadar pH terlalu asam atau terlalu alkali/basa. Bakteri baik di kulit yang melindungi kulit pun mengalami gangguan ketika pH pada kulit tidak seimbang. Ciri-ciri ketika keseimbangannya terganggu adalah produksi minyak di kulit berlebihan, memerah, ruam, kering, gatal, mengelupas. Muncul pula gangguan kulit seperti eksim, psoriasis, jerawat, dan tanda penuaan dini.
Baca Juga: Eksim Kering: Gejala, Jenis, dan Cara Mengobati
Ketika kadar pH kulit terlalu basa, keseimbangannya menjadi terganggu. Acid mantle yang menjadi pelindung kulit pun tak mampu melawan mikroba sehingga mikroba tersebut dapat masuk ke dalam kulit dan menyebabkan infeksi pada kulit. Kulit juga kehilangan air dan kelembapannya sehingga kulit menjadi sensitif, kering, dan mengelupas. Kulit pun akan menunjukkan penuaan dini seperti keriput dan kerutan di sekitar mata. Kondisi kulit seperti eksim, dermatitis, kontak iritan, juga dapat timbul.
Baca Juga: 5 Cara Melembabkan Kulit Wajah Kering
Sementara itu ketika pH kulit terlalu asam, kulit akan mengalami peradangan sehingga menyebabkan kulit jadi meradang, memerah, iritasi, gatal, dan terasa sakit saat disentuh. Hal ini akan memunculkan kondisi kulit seperti jerawat dan rosacea.
Keseimbangan pH Kulit Tetap Terjaga
Lantas, bagaimana mengembalikan keseimbangan pH kulit yang terganggu? Anda dapat melakukan beberapa hal berikut agar keseimbangannya terjaga. Menjaga keseimbangan pH dapat meminimalisir timbulnya gangguan pada kulit, seperti eksim, psoriasis, jerawat, kulit yang terlalu kering atau produksi minyak yang berlebihan.
- Ketahui kondisi kulit sendiri. Sebelum mengaplikasikan produk perawatan kulit, perhatikan kembali kondisi kulit, apakah terlalu kering atau berminyak.
- Perbaiki pola makan dengan menerapkan pola makan yang sehat. Konsumsi sayur-sayuran hijau (seperti bayam dan kale), buah-buahan (seperti jeruk dan anggur) tomat, wortel, bawang putih, kacang kedelai, dan cuka sari apel.
- Gunakan produk pembersih yang lembut dan memiliki kadar pH yang seimbang. Artinya, produk tersebut memiliki kadar pH antara 4.5 hingga 6.
- Jaga kelembapan kulit dengan menggunakan produk pelembab kulit dengan pH seimbang. Anda bisa memilih pelembab kulit dalam bentuk minyak, losion, gel, atau krim, yang sesuai dengan usia dan tipe kulit.
- Pilih produk perawatan kulit yang lembut dengan bahan alami dan organik yang kaya akan vitamin, mineral, dan antioksidan.
- Gunakan air hangat suam-suam kuku untuk mencuci wajah atau kulit.
- Hindari produk pembersih dan sabun yang mengandung alkali tinggi.
- Hindari bahan-bahan kimia dan racun yang dapat merusak kulit, sepertin deterjen, makeup, cairan pembersih, dan lainnya.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Alergi Dingin: Ciri – Ciri, Penyebab, dan Cara Mengobati
Alergi Dingin: Ciri – Ciri, Penyebab, dan Cara Mengobati
Alergi dingin merupakan reaksi yang timbul di permukaan kulit setelah terpapar suhu udara yang dingin. Ya, suhu udara yang dingin juga bisa menimbulkan masalah kesehatan seperti alergi. Simak penjelasannya berikut ini yuk!
Ketika udara dingin, Anda pastinya akan langsung ambil selimut atau jaket tebal. Bagi para ibu, pasti juga langsung melindungi sang buah hati dengan memberinya selimut atau jaket. Hal ini agar terhindar dari masalah kesehatan.
Ya, sebabnya ada sebagian orang yang dengan mudah mengalami gangguan kesehatan ketika suhu di sekitarnya mulai rendah. Dari sebagian orang tersebut, ada yang tubuhnya bisa langsung mengalami reaksi alergi ketika terpapar udara dingin. Setelah beberapa saat terpapar, permukaan kulit akan tampak ruam dan berbintik kemerahan, kemudian kulit mulai terasa gatal – gatal sehingga merasakan ketidaknyamanan. Nah, bisa jadi Anda sedang mengalami alergi dingin.
Pemicu Alergi Dingin
Alergi dingin disebut juga dengan urtikaria dingin. Hal ini merupakan reaksi dari sistem kekebalan tubuh yang berlebihan ketika tubuh terpapar suhu udara yang rendah, berangin, dan lembap. Pemicunya adalah udara yang dingin dan air dingin. Contohnya ketika berada di dalam ruangan ber-AC, saat mandi pagi hari, atau berenang di air dingin. Dalam kasus yang langka, konsumsi makanan/minuman yang dingin juga bisa jadi sebagai pemicu. Namun, penyebab pasti timbulnya alergi ini belum diketahui.
Meski begitu, ada pula faktor lainnya yang membuat alergi ini makin berisiko. Antara lain ketika seseorang itu, secara genetik, mewarisi dari orangtuanya, tetapi hal ini sangat jarang terjadi. Kemudian ketika seseorang yang baru saja terkena infeksi, memiliki penyakit tertentu, adanya virus, atau sel-sel kulitnya yang lebih sensitif. Selain itu, orang yang paling berisiko terkena alergi dingin adalah di rentang usia bayi, anak-anak, hingga remaja.
Gejala Alergi Dingin
Ketika tubuh terpapar suhu yang dingin, tubuh akan melepaskan zat kimia bernama histamin ke aliran darah. Nah, zat-zat kimia inilah yang membuat gejala-gejala muncul. Gejala-gejala yang timbul dari reaksi alergi dingin pada setiap orang bisa berbeda. Mulai dari tingkat yang ringan hingga tingkat yang lebih berat dan parah.
Gejala di level yang ringan, pada umumnya akan muncul ruam kemerahan pada area kulit. Kemudian muncul bentol-bentol yang menonjol pada kulit yang disertai dengan rasa gatal. Besarnya bentol yang terjadi juga beragam. Mulai dari yang kecil hingga besar seperti membentuk sebuah “pulau” di area kulit. Reaksiakan memburuk ketika kulit menghangat.
Reaksi alergi ini biasanya muncul 5—10 menit setelah permukaan kulit terpapar pada suhu dingin. Gejala akan makin meningkat ketika kondisi lingkungan sekitar juga lembap. Gejala–gejala ini akan bertahan setidaknya 1—2 jam. Gejala-gejala ini bisa timbul pada area kulit di wajah, lengan, punggung, perut, dan kaki. Reaksi ini dikenal juga dengan nama biduran. Gejala-gejala seperti ini akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian orang, gejala alergi ini akan menghilang beberapa tahun kemudian.
Alergi Dingin Bisa Berbahaya
Sementara itu, beberapa orang juga bisa mengalami gejala dengan tingkat sedang hingga yang lebih parah, meskipun hal ini sangat jarang terjadi. Penyebab utama gejala ini bisa meningkat ke kondisi yang lebih parah karena permukaan kulit di seluruh tubuh terpapar suhu yang dingin, misalnya disebabkan karena berenang di air yang dingin.
Di antaranya seperti terjadi pembengkakkan pada bibir saat mengonsumsi makanan/minuman dingin. Saat tangan memegang benda dingin, seperti es batu, tangan juga akan terasa bengkak. Reaksi yang lebih parah dan berbahaya bahkan bisa membuat tubuh pingsan atau hilang kesadaran, tekanan darah yang rendah, jantung berdebar, pembengkakan anggota badan atau dada, dan syok anafilaktik. Lidah dan tenggorokan juga membengkak sehingga bisa membuat seseorang kesulitan bernapas.
Kalau sudah ada penampakan gejala seperti ini, sebaiknya langsung dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat agar bisa ditangani segera.
Bedakan Alergi Dingin dan Flu
Terkadang ketika terjadi alergi dingin seringkali dianggap sebagai flu. Nah, pelajari perbedaan antara alergi dan flu berikut ini agar Anda mendapat penanganan yang tepat.
- Alergi lebih sering terjadi daripada flu, yaitu 2—3 kali dalam seminggu. Sementara flu hanya terjadi satu kali dalam seminggu.
- Kondisi tubuh saat terjadi alergi dingin tidak menunjukkan adanya gejala demam. Saat alergi, gejala yang ditunjukkan adalah perubahan pada area permukaan kulit yang kemerahan, gatal-gatal, dan terjadi pembengkakan. Jenis pilek pada alergi juga ditunjukkan ketika lendir yang keluar dari hidung berwarna jernih, bukan berwarna kuning atau hijau. Pilek karena alergi dingin juga membuat Anda lelah dan sulit tidur.
- Gejala demam yang disertai dengan bersin dan batuk ditunjukkan ketika mengalami flu. Jika tubuh terasa hangat, itu artinya Anda sedang mengalami gejala flu. Gejala lainnya seperti hidung beringus, tersumbat, batuk, dan sakit tenggorokan. Flu terjadi karena adanya infeksi virus. Anda juga akan merasakan kelelahan pada tingkat yang lebih tinggi hingga menguras energi dan lebih mengantuk dari biasanya.
Lakukan Tes
Anda dapat mencoba melakukan tes dengan menempatkan sebuah es batu ke permukaan kulit selama lima menit. Jika memang memiliki alergi dingin, gejala seperti ruam kemerahan dan bentol-bentol akan muncul beberapa menit setelah es batu tersebut diangkat.
Apabila Anda masih merasa bingung dengan gejala-gejala yang timbul tersebut, apakah gejala tersebut akibat alergi atau gangguan kulit lainnya, sebaiknya konsultasikan dengan dokter spesialis. Dokter akan menanyakan beberapa hal, misalnya terkait gejala yang dialami atau riwayat penyakit yang pernah diderita. Dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lainnya, seperti tes darah atau tes urine.
Cara Mengatasi Alergi Dingin
Karena paparan udara atau suhu yang rendah menjadi pemicu, waspadalah ketika cuaca sekitar mulai mendingin. Nah, lakukan beberapa hal berikut ini untuk mengatasinya.
- Bila memungkinkan, hindari tempat-tempat yang lingkungannya bersifat dingin.
- Lindungi tubuh dan tutupi permukaan kulit yang terpapar udara dingin dengan jaket atau selimut yang tebal.
- Hindari pula berenang di air dingin untuk sementara waktu. Jika ingin berenang, coba dahulu dengan memasukkan tangan atau kaki ke dalam air. Kemudian lihatlah reaksi yang terjadi pada kulit.
- Rendam kaki atau mandi dengan air hangat.
- Perhatikan asupan makanan yang masuk. Sebaiknya, hindari makanan/minuman yang dingin untuk mencegah pembengkakan pada tenggorokan.
- Perhatikan pula waktu dan pemicu yang terjadi. Misalnya, apakah gejala muncul ketika terkena air dingin atau saat konsumsi minuman/makanan yang dingin. Dengan begitu, pemicu alergi ini dapat dihindari.
- Ketika Anda berencana untuk melakukan operasi, konsultasikanlah dengan dokter bedah bahwa Anda memiliki riwayat alergi dingin. Nantinya, tim operasi bedah akan mengambil langkah-langkah tertentu untuk mencegah timbulnya gejala-gejala saat di ruang operasi.
Cara Mengobati Alergi Dingin
- Minum obat antihistamin sebelum terpapar suhu yang dingin. Apabila Anda ingin memberikannya kepada bayi di bawah 6 bulan, pemberian antihistamin ini juga harus dikonsultasikan dulu dengan dokter. Obat antihistamin yang biasa diberikan untuk mengatasi alergi dingin adalah cetirizine, loratadine, atau desloratadine. Obat-obatan lainnya untuk pereda adalah kortikosteroid, capsaicin oles, omalizumab, atau obat agonis reseptor seperti zafirlukast dan monteluklast.
- Minum obat alergi yang sudah diresepkan oleh dokter agar pengobatan dilakukan dengan tepat. Biasanya dokter memberi resep obat
- Jika dokter menganjurkan dan meresepkan suntikan epinephrine (seperti EpiPen, Aubi-Q, dan lainnya), bawalah selalu ke mana pun Anda pergi untuk mengatasi ketika kondisi darurat terjadi. Misalnya, ketika gejala yang timbul meningkat ke level yang lebih berat. Epinephrine dapat diberikan untuk anak-anak hingga orang dewasa, dengan dosis yang disesuaikan kondisi masing-masing orang.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Pelajari Ciri – Ciri dan Mengatasi Ruam Popok
Pelajari Ciri – Ciri dan Mengatasi Ruam Popok
Bayi yang baru lahir memang rentan ya, Moms. Terpapar zat/benda asing sedikit saja, dapat membuat buah hati Anda merasa tidak nyaman. Salah satu kondisi yang umum dikeluhkan oleh bayi adalah masalah ruam popok.
Ruam popok merupakan reaksi kulit yang seringkali terjadi pada bayi, terutama pada tahun pertama kehidupannya. Kulit Si Kecil, terutama di bagian bokong, lipatan paha, dan kelamin, mengalami iritasi atau peradangan. Sebabnya, area tersebut tertutup oleh popok dan basah terkena paparan urine dan tinja. Kondisi ini akan membuat bayi merasa terganggu dan tidak nyaman.
Ruam kebanyakan terjadi karena popok tidak diganti dalam waktu lama sehingga menimbulkan iritasi pada kulitnya. Namun tenang ya, Moms, masalah ini bukan karena Anda salah melakukan perawatan pada bayi. Sebab, ruam ini bisa terjadi meskipun Moms sudah membersihkan area popok dan mengganti popok dengan rutin. Hampir semua bayi mengalami masalah ini, Moms.
Moms juga tak perlu khawatir karena penyakit ini masih bisa dikontrol dan diatasi. Ada cara mudah yang bisa dilakukan di rumah untuk mengatasinya. Lebih baik Moms mempelajari ciri-ciri, cara mengatasi, dan cara mencegah ruam popok berikut ini yuk!
Ciri-Ciri Ruam Popok
Berikut ini ada dua tanda agar Moms dapat mengenali dan memperhatikan ciri-ciri ketika Si Kecil mengalami ruam popok.
- Tanda-tanda yang dapat dilihat melalui kulit si bayi. Antara lain, kulit bayi di daerah popok—pantat, paha, dan alat kelamin—akan tampak bercak-bercak yang memerah. Lalu, kulitnya juga kering dan melepuh, serta terdapat luka lecet.
- Perubahan kebiasaan si bayi. Perhatikanlah kebiasaan bayi Anda, Moms. Apabila Si Kecil tampak berbeda dari hari-hari sebelumnya, seperti ia merasa tidak nyaman, sering rewel, atau menangis saat area popok dibersihkan, disentuh, dan diganti popoknya. Nah, mungkin saja ia mengalami ruam popok.
Penyebab Ruam Popok
Penyebab terjadinya ruam popok pada bayi bukan hanya karena popok basah saja. Ternyata, ada banyak hal yang menjadi penyebabnya, Moms. Nah, berikut beberapa penyebab.
- Kulit di area popok terkena paparan urine dan feses yang terlalu lama sehingga kulit Si Kecil iritasi. Kulit bayi makin rentan alami ruam popok apabila ia sering buang air besar karena diare. Tinja membuat kulit lebih iritasi daripada urine.
- Si Kecil memakai popok atau pakaian yang terlalu ketat. Hal ini membuat popok dapat bergesekan dengan kulit sehingga kulitnya lecet dan menyebabkan ruam.
- Alergi atau sensitif terhadap kandungan bahan produk baru yang digunakan sehingga kulit Si Kecil jadi iritasi. Produk baru ini bisa bermacam-macam, seperti tisu bayi atau popok sekali pakai merek baru. Bahan-bahan kimia dalam deterjen, pemutih, atau pelembut pakaian yang digunakan untuk mencuci popok kain Si Kecil. Zat-zat yang terkandung dalam beberapa losion bayi, bedak tabur bayi, dan minyak bayi juga bisa menambah masalah terjadinya ruam.
- Infeksi bakteri dan jamur. Area sekitar popok yang tertutup sangat hangat dan lembap. Air seni Si Kecil juga dapat mengubah pH kulitnya sehingga menjadi tempat terbaik bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak. Perkembangbiakan bakteri dan jamur yang berlebihan akan menyebabkan infeksi sehingga membuat kulit memerah, meradang, dan membengkak.
- Makanan baru. Saat bayi hanya konsumsi ASI, ruam yang dialaminya merupakan reaksi terhadap makanan yang dimakan oleh Anda, Moms. Namun ketika bayi mulai makan makanan pendamping ASI, kandungan fesesnya juga akan berubah. Frekuensi Si Kecil buang air besar pun akan meningkat. Perubahan pola makan ini dapat menjadi salah satu pemicunya.
- Kulit yang sensitif. Bayi yang memiliki masalah pada kulitnya, seperti dermatitis atopik atau dermatitis seboroik (eksim), lebih rentan.
- Antibiotik. Bayi mengonsumsi antibiotik atau bayi yang minum ASI sementara Moms sedang mengonsumsi antibiotik. Antibiotik akan meningkatkan risiko diare sehingga Si Kecil berpotensi mengalami ruam. Selain itu, antibiotik juga dapat membasmi bakteri baik yang menjaga pertumbuhan jamur. Hal ini bisa mengakibatkan bayi mengalami ruam popok karena infeksi jamur.
Popok Kain vs Popok Sekali Pakai
Apakah jenis popok yang dipakai si bayi juga dapat memengaruhi timbulnya ruam? Perlukah mengganti popok kain dengan popok sekali pakai, atau sebaliknya? Nah, mungkin Moms sempat berpikir hal ini juga.
Perlu diketahui Moms, dalam mencegah ruam popok memang belum ada bukti yang kuat bahwa popok kain lebih baik daripada popok sekali pakai. Begitu juga sebaliknya. Gunakan saja popok yang menurut Moms terbaik untuk si bayi, baik itu popok kain maupun popok sekali pakai.
Baca Juga: Mengenal Eksim Susu atau Ruam Susu Pada Bayi
Yang paling penting adalah memperhatikan kondisi popoknya. Jika popok sudah basah, langsung segera digantikan dengan popok yang kering agar area sekitar popok tetap bersih dan kering. Kemudian, waspada terhadap penggunaan produk pembersih untuk mencuci popok bayi. Jika produk tersebut dapat menyebabkan ruam, segera ganti jenis atau merek produk yang lebih cocok.
Langkah Perawatan Ruam Popok Pada Bayi
Umumnya, ruam popok masih dapat diatasi dengan langkah-langkah perawatan yang bisa dilakukan di rumah. Perawatan berikut ini dapat membantu mengatasi sekaligus mencegah timbul kembali.
- Cuci tangan dengan sabun terlebih dulu, baik sebelum maupun sesudah Moms mengganti popok Si Kecil.
- Ganti popok sesering mungkin, terutama ketika bayi sedang tidur pada malam hari. Segera ganti popok si bayi apabila sudah basah dan kotor agar kulit di sekitar area popok tetap kering dan bersih.
- Saat mengganti popok, bersihkan kulit di sekitar area popok dengan air bersih. Namun jangan gosok kulitnya terlalu keras, apalagi ketika kulitnya sedang lecet. Setelah itu, keringkan dengan handuk lembut secara perlahan sebelum memakaikan popok yang baru.
- Pastikan, popok yang dipakaikan pada bayi tidak terlalu ketat.
- Oleskan krim atau salep pelindung kulit khusus bayi saat Moms mengganti popoknya sehingga dapat mengurangi iritasi pada kulitnya. Krim atau salep dengan kandungan zinc oxide dan petroleum jelly dapat melindungi kulit dari kelembapan.
- Hindari penggunaan sabun atau tisu basah yang mengandung alkohol dan pewangi karena dapat memicu iritasi.
- Hindari penggunaan bedak tabur karena malah akan memicu kulitnya jadi iritasi. Bedak juga dapat membuat iritasi pada paru-paru bayi.
- Sesekali biarkan Si Kecil tidak memakai popok, tutupi saja dengan handuk lembut agar kulit di area sekitar popok dapat “bernapas” dan sirkulasi udara. Hal ini juga membantu kulitnya kering secara alami.
- Apabila Si Kecil dalam masa pemulihan dari ruam popok, gunakan popok dengan ukuran yang lebih besar.
- Mandikan Si Kecil setiap hari dengan air hangat suam-suam kuku dan sabun khusus bayi tanpa pewangi.
- Gunakan produk-produk pembersih yang memang khusus diciptakan untuk bayi agar terhindar dari bahan-bahan kimia yang dapat memicu iritasi kulit pada bayi.
Perlukah ke Dokter?
Moms bisa mengunjungi dokter apabila ruam yang dialami Si Kecil tak kunjung sembuh meskipun sudah melakukan perawatan di rumah selama beberapa hari. Apalagi jika ruam tersebut bertambah parah. Tanda – tandanya adalah kulit berdarah, gatal, mengeluarkan cairan, hingga menyebabkan rasa terbakar atau nyeri saat buang air kecil atau buang air besar. Kemudian, Si Kecil juga mengalami demam. Konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Biasanya, dokter akan memberikan resep obat berupa krim kortikosteroid, salep antijamur, atau antibiotik. Resep ini diberikan tergantung pada kondisi dan penyebab ruam popok yang dialami Si Kecil. Apabila sudah diberi obat resep dari dokter dan ruam popok tidak membaik juga, dokter akan merekomendasikan Moms untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...
Penggunaan Pelembab Bayi yang Tepat dan Aman untuk Si Kecil
Penggunaan Pelembab Bayi yang Tepat dan Aman untuk Si Kecil
Salah satu cara untuk memelihara kesehatan kulit bayi sekaligus menjaga kelembapannya adalah mengoleskan pelembab bayi secara rutin. Namun, Moms perlu lebih selektif dalam memilih produk pelembab untuk Si Kecil karena tidak semua pelembab cocok digunakan pada kulit bayi yang sensitif.
Bayi memiliki kulit yang tipis dan sensitif sehingga rentan mengalami beragam masalah kulit, seperti eksim, biang keringat, dan iritasi. Berbagai masalah kulit tersebut bisa dipicu oleh zat kimia yang terkandung dalam produk perawatan kulit, seperti sabun atau pelembab, khususnya produk yang mengandung pewangi dan antibakteri.
Mengenal Kegunaan Pelembab Bayi untuk Kesehatan Kulit Si Kecil
Kulit bayi yang bermasalah sering kali terlihat kering, bersisik, kemerahan, dan terasa gatal. Hal ini bisa menyebabkan bayi merasa kurang nyaman dan rewel.
Untuk melindungi Si Kecil dari masalah kulit, Moms bisa mengoleskan pelembab bayi pada kulitnya. Pelembab bayi dapat mencegah dan melindungi kulit bayi yang sensitif agar tidak kering dan iritasi.
Jenis pelembab yang sering digunakan sebagai pelembab bayi adalah emolien. Jenis pelembab ini dapat melapisi permukaan kulit bayi yang tipis agar tidak mudah kering, serta menjaga tekstur kulit bayi agar tetap halus dan lembut.
Emolien umumnya berbahan dasar lemak alami dan minyak nabati, seperti ceramide, shea butter, minyak zaitun, dan oatmeal. Selain itu, pelembab bayi juga ada yang berbahan dasar campuran antara minyak dan air.
Tips Memilih Pelembab Bayi yang Aman untuk Si Kecil
Untuk memilih pelembab bayi yang aman dan efektif merawat kulit Si Kecil, Moms dapat mengikuti beberapa tips berikut ini:
- Pilih pelembab bayi yang bebas pewangi, pewarna, dan bahan
- Gunakan pelembab bayi yang bebas paraben dan phthalate karena berisiko menyebabkan iritasi
- Pastikan memilih pelembab bayi berlabel hypoallergenic, karena risiko munculnya alergi akibat penggunaan produk tersebut lebih
- Pilih produk pelembab dengan tingkat keasaman (pH) 4,5–5,5.
- Sebelum menggunakan suatu produk pelembab bayi, lakukan dulu tes alergi pada kulit Si Kecil. Caranya, oleskan tipis-tipis pelembab pada lengan Si Kecil, lalu tunggu selama beberapa jam untuk melihat apakah muncul reaksi alergi. Jika tidak muncul bentol atau ruam di area tersebut, barulah Moms boleh mengoleskannya pada seluruh tubuh Si
Moms juga bisa memilih produk pelembab bayi yang diperkaya dengan minyak esensial bunga chamomile atau susu.
Baca Juga: Pelembab Untuk Kulit Sensitif
Minyak chamomile dapat memberikan efek menenangkan, sehingga banyak digunakan untuk mengatasi insomnia pada bayi maupun orang dewasa. Aroma chamomile juga dapat membuat Si Kecil lebih tenang dan tidak rewel.
Pelembab dengan kandungan protein dan lemak dari susu juga dipercaya dapat melembutkan dan melembapkan kulit bayi, serta mengatasi masalah kulit kering pada bayi.
Nah, semua komposisi dan kriteria pelembab bayi yang efektif dan aman ini bisa Moms dapatkan dari Cussons Baby SensiCare 24hr Daily Moisturizing Lotion. Produk ini telah diformulasikan secara khusus untuk kulit bayi, termasuk bayi baru lahir yang memiliki kulit sensitif dan rentan mengalami eksim.
Cussons Baby SensiCare Moisturizing Lotion ini diperkaya dengan gandum serta minyak zaitun organik, shea butter, dan ceramide yang mampu memberikan kelembapan ekstra untuk melindungi kulit sensitif.
Selain itu, kandungan susu pada produk ini mampu menjaga kesehatan kulit bayi, sementara kandungan chamomile-nya dapat membuat bayi merasa lebih tenang dan nyaman.
Cussons Baby SensiCare 24hr Daily Moisturizing Lotion juga sudah teruji secara klinis aman digunakan serta dapat melembapkan dan memberikan kenyamanan pada kulit bayi selama 24 jam, termasuk kulit yang kering dan rentan mengalami eksim.
Untuk hasil terbaik, oleskan Cussons Baby SensiCare 24hr Daily Moisturizing Lotion secara rutin, dua kali sehari setelah mandi, tepatnya ketika tubuh Si Kecil masih sedikit basah. Moms bisa mengoleskannya lebih sering bila Si Kecil berada di ruangan ber-AC, atau bila ia sedang mengalami kulit kering atau eksim.
TAGS:
Artikel Lainnya
10 Cara Pilih Sabun Bayi Untuk Kulit Sensitif
Mandi bisa menjadi salah satu cara untuk merawat kulit bayi agar tetap sehat. Selain itu, penting juga dalam memilih produk perlengkapan mandi, seperti sabun, yang memang dapat mendukung kesehatan kulit Si Kecil. Meski begitu, mungkin Moms sempat merasa bingung dalam...
Penyebab dan Tipe Ruam Pada Bayi
Ruam pada bayi banyak penyebabnya dan tipenya pun bermacam-macam. Meski begitu, Moms tak perlu khawatir karena permasalahan ruam biasanya dapat dengan mudah diatasi. Nah, kenali dulu yuk, Moms, tentang ruam pada bayi dan tipe-tipenya berikut ini. Ruam merupakan...
Alergi Pada Bayi: Apa Yang Perlu Diwaspadai?
Alergi pada bayi bisa beragam pemicu dan gejalanya. Apabila bayi Anda mengalami ruam dan kulitnya tidak lembut lagi seperti kulit bayi lainnya atau bayi Anda sering bersin, bisa jadi hal ini adalah tanda-tanda alergi pada si Kecil. Nah, pelajari tentang alergi pada...